Spirit Membangun Insan Muda Berbasis Intelektual

Oleh : Annisa Rahmah

Di zaman globalisasi seperti ini, banyak insan muda yang seperti kehilangan jati diri. Mau dibawa kemana visi hidup yang selama ini kita agung agung kan ?, sudah sejauh mana misi kita untuk meraihnya ?, apa hanya sekedar manis dibibir itu sudah cukup untuk mengerahkan segala ikhtiar ?, tentu tidak . Itu masih sangat mentah. Mentah Karena ternyata visi itu tidak dimasak secara matang . Mentah karena tidak dimasak dg api intelektual . Tanpa intelektualitas yang tinggi, bagaimana bisa kita maju ke level berikutnya dan bertarung dengan sekumpulan cendekiawan reformasi ?,

Menurut Soe Hok Gie, kaum intelektual adalah “the happy selected few”. Kaum intelektual merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat yang memiliki tradisi luhur yang mencerminkan kematangan keilmuan sebagai hasil dari proses pendidikannya. Kaum intelektual juga memiliki budaya literasi (baca-tulis) yang tinggi, di mana dimplementasikan dalam kegiatan aktif membaca dan produktif untuk menulis. Budaya literasi adalah budaya yang mencerminkan puncak peradaban manusia dan mencerminkan kematangan suatu masyarakat secara kolektif.


Tingginya tingkat budaya literasi adalah penanda kemerdekaan jiwa (freedom of mind). Dalam kemerdekaan jiwa termaktub kemerdekaan berpikir, yang merupakan hak asasi yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Dari sini, J.B Buri mengatakan dalam Sejarah Kemerdekaan Berpikir (1963); “Orang tidak dapat dihalang-halangi untuk memikirkan apa saja yang ia kehendaki selama ia menyembunyikan buah pikirannya. Pekerjaan otak hanya dibatasi oleh batas-batas pengalamannya dan daya khayalnya.” Menjadi sebuah identitas bagi kaum intelektual untuk melakukan transformasi pemikiran kepada siapa saja.

Rezim orde baru telah merenggut dan menindas segala kemerdekaan berpikir rakyatnya. Timbullah, suatu dimensi yang berkutit dalam angan angan panjang tanpa tindakan. Yang mereka pandangi hanyalah sebuah ketidak jelasan (bayang-bayang). Intelektualitas hanyalah sebuah wacana tanpa ada dinamo pergerakan. Dahulu. Intelektualitas sangat di dewa-dewakan. Karenanya banyak para ahli menyatakan bahwa kecerdasan ini merupakan sebuah dimensi kebahagian materi karena kecerdasannya terkait langsung dengan keahliannya sendiri dalam menghasilkan sesuatu. Intelektual pada dasarnya adalah sebuah modal. Modal dimana kita bisa membeli segalanya dengan skill yang kita miliki.Tapi, banyak yang salah praduga akan paradigma intelektual yang sebenarnya. Yang mereka tahu, Kecerdasan intelektual dimanifestasikan pada titel pendidikan akademis atau gelar seseorang, apakah itu gelar sarjana, doktor atau profesor. Semakin tinggi gelar yang dicapai seseorang, makin dianggap tinggi kecerdasaan intelektualnya. Apakah hanya sebatas itu ?, tentu tidak. Berikut, spirit untuk melahirkan insan muda yang berintelektual :

1. Banyak banyaklah membaca dan menulis. Seperti dalam surat Al-Alaq (96). Perintah itu sangat jelas yakni merubah sesorang yang jahiliyah berperilaku tanpa didasari ilmu pengetahuan agar belajar.
2. Banyak banyak lah berinteraksi dg sesama. Seseorang yang memiliki titel intelektual yang tinggi belum tentu bisa dikatakan “cerdas” dalam berinteraksi dengan banyak orang. Kecerdasan ini disebut kecerdasan emosi. Kecerdasan ini benar benar diuji jika seseorang berada pada suatu organisasi yang berjalan untuk mencapai tujuan. Dari interaksi ini, ia pun dapat lebih paham etika bersikap terhadap orang lain.
3. Banyak banyaklah membuat “goals” hidup. Tanpa goals, hidup ini bak layangan yg terus melayang tanpa arah. Goals akan membuat kita semakin optimis dalam meraih apa yang kita tuju.
4. Berguru kepada orang shaleh&sukses. Papatah mengatakan “ yang membedakan kita 5 tahun ke depan adalah buku yang kita baca dan teman”. Teman disini lebih menjurus kepada orang2 yang shaleh dan sukses.
5. Banyak banyaklah mencari ilmu. Tindakan tanpa ilmu adalah nothing. Ilmu yang membuat diri kita lebih disegani banyak kalangan.
6. Luruskan niat. Luruskan niat hanya dan untuk Allah.Bagaimana mungkin Allah akan meridhoi segala aktifitas kita, kalau niat kita melenceng pada selain Allah ?, naudzubillah .
7. Just do the best and get the result the best. Usaha berbanding lurus dengan hasil.

Apabila kita melakukan ke 7 point point diatas, insya Allah spirit kita akan lebih terpacu dalam membangun .insan muda yang benar benar berintelektual.
Selengkapnya...

Mas, Kok Tidak Sholat Berjama’ah?

Sebagian besar masjid-masjid kaum muslimin saat ini kita lihat kosong dari jama’ah. Pemandangan ini hampir merata kita temui di setiap tempat, baik di desa maupun di kota. Inilah buah dari kekurangfahaman mereka dalam ilmu syariat, khususnya yang berkaitan dengan hukum sholat berjama’ah. Sehingga bila kita tanyakan kepada seseorang, “Mengapa tidak sholat di masjid, kok malah sholat di rumah?”, boleh jadi ia menjawab, “Ah, itu kan cuma sunnah saja…” Subhanalloh!!, semoga Alloh memahamkan kepada kaum muslimin tentang syariat yang mulia ini.

Apa Hukum Sholat Berjama’ah?

Ketahuilah, bahwa pendapat yang benar dalam masalah ini ialah sholat berjamaah itu wajib (bagi laki-laki, adapun bagi kaum wanita, sholat di rumah lebih baik daripada sholat di masjid walaupun secara berjama’ah). Inilah pendapat yang disokong oleh dalil dalil yang kuat dan merupakan pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in, serta para imam madzhab (Kitabus Sholat karya Ibnul Qoyyim).

Perintah Alloh Ta’ala Untuk Sholat Berjamaah dan Ancaman Nabi Yang Sangat Keras Bagi Yang Meninggalkannya

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43). Perhatikanlah wahai saudaraku, konteks kalimat dalam ayat ini adalah perintah, dan hukum asal perintah adalah wajib. Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan wajibnya (fardhu ain) sholat berjama’ah, karena jika sekedar sunnah niscaya beliau tidak sampai mengancam orang yang meninggalkannya dengan membakar rumah. Rosululloh tidak mungkin menjatuhkan hukuman semacam ini pada orang yang meninggalkan fardhu kifayah, karena sudah ada orang yang melaksanakannya. (Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al Asqolani)

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh, seorang lelaki buta datang kepada Rosululloh dan berkata, “Wahai Rosululloh, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rosululloh untuk tidak sholat berjama’ah dan agar diperbolehkan sholat di rumahnya. Kemudian Rosululloh memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu telah beranjak, Rosululloh memanggilnya lagi dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?”, Ia menjawab, “Ya”, Rosululloh bersabda, “Penuhilah seruan (adzan) itu.” (HR. Muslim).

Perhatikanlah, jika untuk orang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan itu tidak ada rukhsoh (keringanan) baginya, maka untuk orang yang normal lebih tidak ada rukhsoh lagi baginya.” (Al Mughni karya Ibnu Qudamah).

Hanya Munafik Saja Yang Sengaja Meninggalkan Sholat Jama’ah

Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”. Lalu bagaimana seandainya Ibnu Mas’ud hidup di zaman kita sekarang ini, apa yang akan beliau katakan???

(Disarikan oleh Abu Hudzaifah Yusuf dari terjemah kitab Sholatul Jama’ah Hukmuha wa Ahkamuha karya Dr. Sholih bin Ghonim As-Sadlan)

***

Penulis: Abu Hudzaifah Yusuf
Artikel www.muslim.or.id

Sumber : http://masjidkualfath.wordpress.com/
Selengkapnya...

Kisah Cinta Ust. Arifin Ilham


Kalau memang jodoh, tidak akan ke mana-mana! Begitu petuah orang tua. Kisah itulah yang terjadi pada pasangan Arifin dengan Wahyuniati Al-Waly, putri ketiga dari enam bersaudara dari mantan anggota DPR, Drs. Teuku Djamaris. Arifin pertama kali bertemu Yuni saat usai berceramah di kediaman keluarga H. Yusuf di Depok, bulan September 1997. Saat itu Arifin tengah duduk menunggu antrean makan, begitu juga Yuni. Jarak di antara mereka sekitar tiga-empat meter. Tiba-tiba di antara keduanya saling beradu pandang dan keduanya pun saling tersenyum. Hanya beberapa detik saja adu pandang itu berlangsung dan setelah itu mereka pun pulang. Setelah itu, mereka pun tidak pernah saling bertemu, apalagi saling berbicara.

Malam itu Yuni tidak pulang ke rumah orang tuanya di Kompleks DPR di Kalibata, karena ia memang berniat menginap di rumah sahabatnya, Fitrah, di Depok. Semula ia tidak berniat mengikuti pengajian itu, karena niatnya memang hanya ingin kangen-kangenan ke rumah sahabatnya yang sama-sama dari Padang itu. Karena itu, ia pun pergi ke pengajian dengan pakaian seadanya, yaitu celana jins, baju berwarna biru, dan kerudung putih. Tapi, ia tidak merasa rugi mendatangi pengajian itu. “Ustadnya masih muda, cakep, dan materi ceramahnya pun lumayan menarik,” kenangnya.

Meski yakin matanya tidak salah saat melihat kecantikan gadis itu, Arifin tidak mau mengumbar perasaannya. Ia tak berusaha mencari tahu siapa dan dari mana gadis itu. Ia biarkan kehidupannya mengalir sesuai kehendak-Nya. Sebagai makhluk yang berusaha menyerahkan seluruh kehidupannya hanya untuk Allah, dalam urusan jodoh pun ia pasrahkan seutuhnya kepada Sang Mahakuasa. Setiap malam dia bangun kemudian salat tahajud dan berserah diri kepada-Nya.

Sejak masih kuliah di Universitas Nasional, kemudian lulus kuliah, dan selanjutnya menjadi dosen di Universitas Borobudur, sudah beberapa kali ia berteman dengan wanita. Tapi, sejauh itu selalu saja gagal sampai ke pelaminan.

Hari-hari pun berjalan, ternyata Tuhan belum pula menunjukkan tanda-tanda akan hadirnya seorang pujaan hati. Suatu hari, ada salah seorang temannya, Hasan Sandi, yang menawarinya berkenalan dengan seorang gadis. Katanya, “Ustad Arifin... mau tidak kalau saya kenalkan dengan seorang gadis. Dia seorang putri ulama.” “Mau, anaknya tinggal di mana?” Arifin balik bertanya. “Di Kalibata. Tapi, lebih baik kita ketemu di tempat lain saja, deh.”

Suatu hari di bulan Februari 1998 Hasan menghubungi Arifin lagi. Ia mengundang Arifin untuk memberikan ceramah dalam acara syukuran menempati rumah baru. “Nanti saya kenalkan sekalian dengan gadis itu,” kata Hasan. Saat memasuki rumah itu, Arifin kaget ketika melihat salah satu foto yang terpampang di kamar tamu, yang rupanya pernah dia kenal. “Ini, lho, foto gadis itu,” kata Hasan sambil menunjuk foto itu. Bertepatan dengan tangan Hasan menunjuk foto gadis itu, seperti disihir, gadis itu keluar bersama kedua orang tuanya. Hanya beberapa detik, karena setelah itu gadis yang mengenakan celana biru, baju biru, dan kerudung putih itu langsung masuk ke dalam lagi. Saat itu Arifin baru ingat bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu sekitar enam bulan yang lalu, saat ia berceramah di Depok.

Kali ini Arifin benar-benar jatuh cinta. Sejak kedua kalinya bertemu gadis itu, ada perasaan yang aneh di hatinya. Bayang-bayang gadis kerudung putih itu terus mengusik kesendiriannya. Tapi, berbeda dengan kebanyakan muda-mudi lain, ia menyampaikan perasaan hatinya kepada Sang Maha Pencipta. Setiap kali bangun malam, ia langsung bersujud dan bersimpuh di hadapan-Nya. Sambil berdoa ia menangis dan memohon petunjuk agar diberikan pendamping hidup yang terbaik untuknya. Selama ini, ia memang selalu memanfaatkan sepertiga malam yang terakhir untuk-Nya. Hanya, kini kualitas dan kuantitas penghambaannya kepada Allah itu kian ditingkatkan. Setiap malam ia salat malam delapan rakaat ditambah witir tiga rakaat. Memasuki hari kesebelas, ia tiba-tiba mengalami kelelahan yang luar biasa hingga ia pun tertidur.

Di tengah kelelapan tidurnya, ia bermimpi seolah menjalankan ibadah umroh bersama gadis itu tepat tanggal 1 Muharam. Arifin percaya, mimpinya kali ini bukan sekadar kembang tidur. “Ini adalah petunjuk Allah yang Arifin terjemahkan untuk menikah tanggal 1 Muharam,” tegasnya. Pagi-pagi, usai salat subuh, ia langsung menelepon gadis itu. “Aku Muhammad Arifin Ilham,” katanya memulai pembicaraan. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepada kamu. Pertama, aku ingin menikah dengan kamu tanggal 1 Muharam. Kedua, niatku ini karena Allah. Ketiga, karena sunah Rasul. Keempat, aku ingin terbang ke langit. Cuma sayang, sayapku cuma satu. Bagaimana kalau salah satu sayap itu adalah kamu? Kelima, aku butuhkan jawabanmu besok pukul 5 pagi.” Gadis itu terduduk lunglai.

Berbagai perasaan menyelimuti kalbunya. Di satu sisi ia merasa tersanjung dan bahagia, tapi di sisi lain ia juga merasa sedih dan khawatir. Bagaimanapun, ia belum mengenal lelaki itu, walaupun ia seorang ustad. Sebagai gadis, selama ini ia belum pernah pacaran atau pergi berduaan dengan lelaki. Selain tidak suka pergi-pergi iseng, pendidikan ayahnya pun sangat ketat. Sudah beberapa kali ia dilamar, tapi selalu ditolak oleh kedua orang tuanya. Karena itu, awalnya ia gamang saat ingin menyampaikan lamaran Arifin itu. Apa boleh buat, lamaran ‘mengagetkan’ dari ustad muda itu harus segera dia sampaikan kepada kedua orang tuanya, karena esok subuh sudah ditunggu jawabannya. Untunglah kedua orang tuanya menyetujuinya. Saat esok harinya, pukul 5 pagi, Arifin telepon dan yang menerima Yuni sendiri, ia yakin lamarannya bakal diterima.

Satu bulan kemudian, tepat tanggal 1 Muharam (28 April 1998), Arifin dan Yuni menikah di Masjid Baiturrahman di Kompleks DPR Kalibata. Dua sejoli ini ternyata banyak kesamaannya. Antara lain, Arifin maupun Yuni adalah alumni Pesantren Darunnajah dan Universitas Nasional. Hanya tenggang waktu mereka yang berbeda. Kedua kakek mereka sama-sama memiliki pesantren, yang namanya juga sama, Darussalam. Kini, pasangan ini dikaruniai dua putra, Muhammad Alvin Faiz (4 Februari 1999) dan Muhammad Amer Adzikro (21 Desember 2000). Saat ini pasangan muda yang berbahagia ini tengah menantikan bayinya yang ketiga, yang diharapkan lahir pada bulan Oktober ini. “Saya sangat bahagia, doa saya dikabulkan oleh Allah,” tutur Yuni yang sehari-hari dipanggil ‘Sayang’ oleh suaminya.

Diceritakannya, sejak sekolah SMP sampai kemudian mengakhiri masa gadisnya, setiap kali usai salat wajib ia selalu berdoa. Tanpa ada yang menyuruh dan tak ada yang mengajarinya, Yuni selalu memohon kepada Tuhan agar mendapatkan jodoh pria dengan 10 kriteria. Antara lain, pria yang saleh, beriman, ganteng, berkecukupan, terkenal, berakhlak mulia, disayang semua umat, bertanggung jawab, dan pintar. Katanya, “Alhamdulillah... semua yang saya mohon itu ternyata ada pada diri Kak Arifin!” (Femina Online)

(Curhat Yuni : (istri Ust. Arifin Ilham))

Yuni mengaku bangga menjadi seorang istri ustadz. Di benaknya tak pernah terlintas sedikit pun penyesalan untuk memilih sebagai ibu rumah tangga. “Sejak kecil saya sudah memiliki keinginan untuk menjadi istri ustad, karena saya memang dibesarkan dalam keluarga ulama. Karena itulah, saya memilih jadi ibu rumah tangga,” ungkapnya. Yuni dan Arifin membiasakan anak-anaknya salat Subuh berjamaah di masjid. Karena itu, pukul 04.00 kedua anak laki-lakinya wajib bangun dan bersiap pergi ke masjid bersama rombongan ayah mereka. “Itu rutinitas wajib. Setelah dari masjid, anak-anak mengaji dan menghafal Al Quran. Entar ayahnya yang ngetes mereka,” ujarnya. Pernikahan Yuni dan Arifin dilaksanakan pada 28 April 1998. Yuni menuturkan, hubungan mereka sebelum menikah tidak diawali dengan pacaran. Keduanya bahkan tidak pernah bertatap muka. “Sebelum menikah, kami hanya bertatap muka dua kali. Itu pun secara tidak sengaja,” kata ibu tiga anak itu.

sumber : jifasmart
Selengkapnya...

Kisah Cinta Ust.Yusuf Mansur


Kisah Anak Asuh dan Segunung Utang Suka dan duka adalah dua hal yang mengiringi perjalanan hidup manusia. Setidaknya hal itu diakui Yusuf Mansyur, dai muda yang kini sedang naik daun. Jauh sebelum dikenal sebagai ustad atau penceramah di layar kaca, Yusuf pernah memiliki pengalaman getir. Ia seringkali dicari-cari orang lantaran terlilit utang. Saat itu, Yusuf memang sempat gagal berbisnis. Gara-gara utang yang sudah terlampau banyak. Tak heran bila setiap hari pria kelahiran 19 Desember 1976 itu sering menerima beragam ancaman.

Bahkan, seorang penagih utang sampai mengancam Yusuf akan dimasukkan ke penjara jika tidak segera melunasi utang-utangnya. Karena tak ingin masuk bui, Yusuf berusaha keras untuk bisa membayar seluruh utang-utangnya. "Saat itu saya kebetulan sedang mengambil anak yatim untuk diasuh. Lantas, saya berdoa kepada Allah. Ya Allah, sekarang terserah Engkau, kalau saya sampai masuk penjara berarti siapa yang akan membiayai anak yatim ini," ujarnya.

Doanya ternyata didengar Tuhan. Yusuf tak henti-hentinya bersyukur. Dia pun kembali berniat membiayai satu anak yatim lagi. "Meski saya tengah dililit utang, tapi niat saya untuk membiayai anak yatim tetap ada karena saya yakin Allah pasti kasih jalan ke luar bagi mereka yang memiliki niat baik dan tulus," ujar Yusuf. Tanggal 9 September 1999, Yusuf mendatangi Sekolah Menengah Pertama (SLTP) di Cipondoh, Tangerang, mencari seorang anak yatim untuk dibiayai. Kebetulan lokasi sekolah tersebut berada di depan toko fotokopi tempatnya bekerja.

Uniknya, Kepala SLTP justru merekomendasikan Siti Maemunah, seorang siswi kelas 3, bukan untuk menjadi "anak asuh" Yusuf, tapi menjadi pendamping hidup. "Gadis ini cocok juga kok kalau untuk dijadikan istri," tutur Yusuf menirukan selorohan sang kepala sekolah. Tapi saat itu Yusuf tidak menanggapi. Pasalnya, dia benar-benar berniat mencari anak asuh. Mumun sapaan akrab Maemunah, memang seorang yatim. Ayahnya baru saja meninggal. Bersama ketiga adiknya yang masih kecil-kecil, Mumun diasuh oleh ibundanya. Yusuf pun tak ragu memutuskan untuk membiayainya. Tapi, Tuhan ternyata memiliki rencana lain.

Ta'aruf dengan Bakso dan "Ancaman" Nikah Mumun belakangan bukan lagi sebagai adik asuh tapi menjadi pujaan hati Yusuf. Kebetulan, kediaman Mumun berdekatan dengan rumah kakak kandung Yusuf. Kalaupun dai muda itu sering berkunjung ke rumah Mumun, itu lantaran ingin menjalin silaturahmi saja. "Belakangan saya pikir-pikir, dia cantik juga. Enggak kalah sama artis-artis yang ada di televisi," ujar sang ustad terkekeh. Akhirnya kedekatan pun terjalin. Pasangan ini enggan menyebut masa-masa itu dengan sebutan pacaran. Mereka merasa lebih sreg dengan menyebutnya sebagai masa ta'aruf (masa perkenalan). "Kalau kata pacaran kok kayaknya negatif banget, ya," ujar Yusuf. Pasangan ini menikah secara siri pada Ramadan tahun 1999 di kediaman guru Yusuf di bilangan Bogor, Jawa Barat. Setahun kemudian, tepatnya 9 September 2000, pasangan ini meresmikan pernikahan mereka di KUA Tangerang.

Salat Gantikan Suplemen Hamil Ada cerita unik ketika malam pengantin. Begitu pulang dari Bogor, tempat mereka menikah, Mumun langsung masuk kamar pengantin. Saat itu ustad Yusuf berpikir kalau istrinya tengah bersiap-siap naik ke peraduan. Siapa sangka, Mumun masuk ke kamar hanya untuk mengambil bantal dan selimut. Katanya, dia mau tidur. Yusuf pun melihatnya sambil terheran-heran. "Dengan wajah lugu, dia bilang mau tidur sama ibunya. Bayangkan saja, sudah punya suami kok mau tidur sama ibunya lagi," ujarnya tertawa.

Kala menikah, usia Mumun 14 tahun sedangkan ustaz Yusuf berusia 23 tahun. Tapi, ada keajaiban Allah dalam pernikahan mereka. Setiap kali selesai menjalankan kewajiban sebagai suami-istri, pasangan ini langsung sujud dan meminta kepada Allah supaya jangan memberi anak terlebih dahulu. Hal tersebut mereka lakukan hampir dua tahun. Alasannya, karena Mumun masih terlalu muda. Masih malu. Di samping itu, pasangan ini pun belum siap jika langsung diberi momongan. Dari kejadian itu mereka sangat yakin ternyata KB yang manjur adalah doa.

Pada tanggal 29 November 2001, bayi perempuan yang diberi nama Wirda Salamah Ulya lahir dari rahimnya, Mumun merasa bahagia. "Setelah bayi kami lahir, saya berani gendong-gendong sampai ke luar rumah. Apalagi Wirda cantik sekali," ujar Mumun yang 20 Juli 2005 lalu melahirkan putri kedua, Qumii Rahmatul Qulmul itu.

Setahun Tidur dengan Ranjang Berderit Sebelum mencapai kecukupan di bidang materi seperti sekarang, ternyata pasangan ini telah mengalami pahit getirnya membangun perekonomian keluarga. Tapi, Yusuf bahagia karena Mumun tetap setia mendampingi. Yusuf juga pernah menjadi tukang ayam potong di pasar dan memasok sejumlah rumah makan. "Upah saya sehari hanya Rp 20 ribu. Dari kandang, masukin ke mobil bak kijang sampai di pasar dipotong-potong," kenang Yusuf.

Pasangan ini juga tak pernah menutupi kalau setelah menikah mereka sempat tidur di kasur yang supertipis dengan ranjang besi yang suka berderit kala bergerak. Ranjang itu adalah peningggalan ibunda Yusuf. "Itu kan ranjang besi lama. Pokoknya sakit deh kalau buat tidur. Papannya saja berasa banget. Kami mengalaminya selama satu tahun," kenang Yusuf.

Satu hal perlu dicatat: selaksa pengalaman pahit hidup dalam serba kekurangan, tak cukup kuat melunturkan cinta di hati Yusuf dan Mumun. Sedikit resep mereka (sengaja atau tidak) terapkan: keduanya terhitung pasangan yang paling suka bercanda. Hidup bisa diisi dengan tawa dan canda meski ekonomi serba kekurangan.

Curhat Yusuf Mansur
Pernah saya tunjukkan kepada istri saya, sebuah riwayat indah pasangan abadi sepanjang masa : Sayyidatinaa Fathimah dan Sayyidina Ali. Seseorang yang pernah saya rindukan wajahnya untuk saya lihat. Dulu saya pernah mengaji tentang imam Ali. Beliau kata guru saya diriwayatkan tidak pernah melihat kemaluannya, dan karena itu beliau digelari Karromawloohu Wajhah, wajah yang dimuliakan Allah. Tentu lepas dari itu, sebab memang beliau sangat menjaga mata, menjaga pandangannya. Nah suatu hari saya tunjukkan satu riwayat tentang istrinya, yakni Sayyidatinaa Faathima Rodhiyallahu’ anhaa, Suatu hari, Fatimah berkata kepada suaminya. Perkataan Fatimah ini membuat saya hampir menangis, “Jika aku mati begitu kata Fatimah, “Mandikanlah aku dengan tanganmu wahai suamiku. Berikan bidara dan kafani aku, serta kuburkanlah aku diwaktu malam. Jangan sampai ada yang memandikan aku kecuali engkau wahai suamiku, dan jangan ada yang menyaksikan perkuburanku. Aku tidak menambah wasiatku dan aku titipkan engkau wahai suamiku kepada Allah sampai aku bertemu dengan mu kelak.. Jama’awloohu baini wa bainaka fii daarihii wa qurbi jiwaarih, Semoga Allah mengumpulkan aku dan engkau suamiku di Rumah-Nya dan di sisi-Nya. Dan istri saya pun berkaca-kaca matanya ketika saya katakan lembut kepadanya bahwa saya pun akan memegang wasiat ini kalau beliau menutup matanya kelak. Kecuali barangkali soal penguburan yang tidak mungkin zaman sekarang tidak ada yang tidak mengetahuinya.

Sumber : jifasmart
Selengkapnya...

Setelah Kita Dimasukkan ke Liang Kubur…



Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita. Allah Ta’ala telah berfirman, yang artinya, “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’: 35).

Ya, setiap dari kita insya Allah telah menyadari dan menyakini hal ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi (meninggal-ed) tapi seakan-akan kematian mereka tidak meninggalkan faidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat kehilangan mereka.

Saudariku, kematian adalah benar adanya. Begitu pula dengan kehidupan setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh jauhnya perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’am: 32)
Ketahuilah wahai hamba Allah! Bahwa kuburan adalah persinggahan pertama menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu sore, yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di neraka.
Fitnah Kubur
Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!
Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.
Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, “Allah Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan “ucapan yang teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bentuk-Bentuk Siksa Kubur
Saudariku, telah disebutkan bahwa seorang yang kafir akan disiksa karena tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin pasti akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab disebabkan maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya.
Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.”
Di antara bentuk-bentuk adzab kubur dan kriteria orang yang mengalaminya:
1. Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
2. Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.
3. Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka adalah para pezina lelaki dan perempuan.
4. Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
5. Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
6. Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib mereka.
Adzab dan nikmat kubur adalah benar adanya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan ‘ijma ahlu sunnah. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam selalu memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk melakukan hal itu. Dan hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis). Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut, maka akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita bantah dengan dua hal:
1. Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan tentang adzab kubur.
2. Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul I’tiqod, hal 65-66)
Banyak hadits-hadits mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembuktian adzab dan nikmat kubur bagi mereka yang berhak mengecapnya. Demikian juga pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua itu harus diyakini dan diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakan bagaimananya. Sebab akal memang tidak dapat memahami bentuk sesungguhnya. Karena memang tak pernah mereka alami di dunia ini.
Ketahuilah, bahwa siksa kubur adalah siksa di alam Barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak mendapatkan adzab, ia akan menerima bagiannya. Baik ia dikubur maupun tidak. Meski dimangsa binatang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi abu dan bertaburan dibawa angin; atau disalib dan tenggelam di dasar laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapat siksa, sama seperti orang yang dikubur. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Apakah Adzab Kubur terjadi terus-menerus atau kemudian berhenti ?
Maka jawaban untuk pertanyaan ini ada dua macam:
Pertama, untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Kedua, untuk para pelaku maksiat yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi keringanan. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Saudariku, semoga Allah Melindungi kita dari adzab kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya. Seringan apapun adzab kubur, tidak ada satupun dari kita yang sanggup menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa telah kita kerjakan… maka jangan sia-siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah lagi menunda berbuat kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan mempertanggungjawabkannya dan mendapatkan balasannya. Jika bukan kita sendiri yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita, maka siapa lagi ???
Sungguh indah nasihat Yazid Ar Riqasyi rahimahullah yang dikatakannya pada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?” Lalu ia berkata, “Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratapi dirimu selama sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?” Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.
Maraji’:
1. Aqidah Ath-Thahawiyah, Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi (diambil dari Mutuunut Tauhidi wal ‘Aqiidati)
2. Syarah Al Waajibaat al Mutahattimaat al Ma’rifah ‘alaa kulli Muslim wa Muslimah (edisi terjemah), Syaikh Ibrahim bin asy-Syaikh Shalih bin Ahmad al Khuraishi, Pustaka Imam Syafi’i
3. Syarah Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
4. Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah (jilid 2. edisi Terjemah), Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Penerbit At Tibyan
Sumber: www.muslimah.or.id
Selengkapnya...

Kerajaan Semut




..apa yang kita lihat... bisa jadi menjadi salah satu kenapa ALLOH abadikan semut menjadi salah satu nama Surat dalam Al Qur'an....

KEHIDUPAN SOSIAL
Telah disebutkan bahwa semut hidup berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Jika diteliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.


Banyak ilmuwan yang bertahun-tahun melakukan penelitian men-dalam tak mampu menjelaskan perilaku sosial semut yang begitu maju. Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menya-takan:
Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut.
… Semut merupakan model yang indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan.

.. Sebagian koloni semut begitu padat populasinya dan begitu luas daerah hidupnya, sehingga tak mungkin bisa dijelaskan bagaimana mereka dapat membentuk tatanan yang sempurna. Jadi, pernyataan Dr. Haskins sulit dibantah.
Sebagai contoh koloni yang besar ini, misalnya spesies semut Formica yesensis, yang hidup di pantai Ishikari, Afrika. Koloni semut ini tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan di wilayah seluas 2,7 kilometer persegi. Koloni yang memiliki sekitar 1.080.000 ratu dan 306.000.000 pekerja ini dinamai “koloni super” oleh para peneliti. Ditemukan bahwa semua alat produksi dan makanan dipertukarkan dalam koloni secara tertib.

..Sungguh sulit menjelaskan bagaimana semut-semut ini mem-pertahankan ketertiban tanpa masalah, mengingat luasnya tempat tinggal mereka. Harus diingat, untuk menegakkan hukum dan menjaga keter-tiban sosial, bahkan di negara beradab dengan sedikit penduduk pun, diperlukan berbagai kekuatan keamanan. Diperlukan pula staf admi-nistrasi yang memimpin dan mengelola unit-unit ini. Kadang-kadang ketertiban pun tidak dapat dijaga tanpa timbul masalah, meski telah diupayakan sekuat tenaga.
Namun, koloni semut tidak memerlukan polisi, satpam, atau hansip. Dan mengingat tugas sang ratu – yang kita anggap sebagai pemimpin koloni – hanya melestarikan spesies, semut-semut ini sebenarnya tidak punya pe-mimpin atau penguasa. Jadi, di antara mereka tidak ada hierarki berdasarkan rantai komando. Lalu siapa yang menentukan ketertiban ini dan menjaga keberlanjutan-nya?
Semut, makhluk yang sangat kecil, menjalani hidup mereka secara tertib sempurna meskipun ukurannya kecil.
Dalam bab-bab berikut kita akan temukan jawaban per-tanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang serupa.
Sistem Kasta
Setiap koloni semut, tanpa kecuali, tunduk pada sistem kasta secara ketat. Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni.
Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan, yang memungkinkan koloni
berkembang biak. Dalam satu koloni bisa terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban tugas reproduksi untuk mening-katkan jumlah individu yang membentuk koloni. Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Mereka mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup, dan berburu.
Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja. Semua pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut induk dan bayi-bayinya; membersihkan dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan lain dalam koloni juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Mereka membangun koridor dan serambi baru untuk sarang mereka; mereka mencari makanan dan terus-menerus membersihkan sarang.
Di antara semut pekerja dan prajurit juga ada sub-kelompok. Sub-kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan pengumpul.Setiap kelompok memiliki tugas sendiri-sendiri. Sementara satu kelom-pok berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang.
Setiap individu dalam koloni semut melakukan bagian pekerjaan-nya sepenuhnya. Tak ada yang mencemaskan posisi atau jenis tugasnya. Ia hanya melakukan apa yang diwajibkan. Yang penting adalah keber-lanjutan koloninya.
Kalau kita pikirkan bagaimana sistem ini berkembang, kita tidak dapat mengingkari fakta
adanya penciptaan.
Mari kami jelaskan alasannya: Jika ada tatanan yang sempurna, secara logis kita berkesimpulan bahwa tatanan ini tentu dibentuk oleh otak yang merencanakan. Misalnya, tatanan disiplin dalam militer; jelas bahwa para perwira yang mengendalikan tentara telah menetapkan tatanan ini. Sungguh absurd kalau kita berasumsi semua individu dalam pasukan berkumpul dengan sendirinya dan mengorganisasi diri sendiri, lalu berkelompok menurut pangkat dan mulai bertindak sesuai pangkatnya. Lebih jauh lagi, perwira yang telah menetapkan tatanan ini harus terus melakukan inspeksi agar tatanan ini dapat bertahan tanpa masalah. Kalau tidak, pasukan yang diserahkan kepada prajurit saja akan berubah menjadi kumpulan yang kacau, sedisiplin apa pun pada mulanya.
Semut-semut satu koloni yang berasal dari kasta yang berbeda juga memiliki tampilan fisik yang berbeda. Setiap semut memiliki bangun fisik yang sesuai dengan tugasnya.
Semut juga memiliki disiplin yang sangat mirip dengan disiplin militer. Namun, aspek yang penting adalah tidak ada “perwira”, atau administrator yang mengorganisasi, di mana pun juga. Berbagai sistem kasta dalam koloni semut menjalankan tugas mereka secara sempurna, meskipun tanpa “kekuatan pusat” yang terlihat mengawasi mereka.
Lalu, penjelasan satu-satunya adalah bahwa kehendak pusat ini merupakan kehendak yang “tak tampak”. Ilham yang disebut dalam Al Quran dalam pernyataan “Dan Tuhan-mu mewahyukan kepada lebah” (Surat An-Nahl: 68) adalah kekuatan yang tak tampak ini.
Kehendak ini telah menyempur-nakan perencanaan yang begitu dahsyat – yang menakjubkan manusia saat mencoba mengana-lisisnya. Ketakjuban dan kekaguman seperti ini juga telah diungkapkan oleh para peneliti dari waktu ke waktu dalam berbagai bentuk. Kaum evolu-sionis, yang mengklaim bahwa sistem yang sempurna ini telah berkembang akibat kebetulan, tidak mampu menjelaskan perilaku pengorbanan yang merupakan pusat sistem ini. Sebuah artikel mengenai topik ini dalam Jurnal Bilim ve Teknik sekali lagi menunjukkan ketidakmampuan tersebut:
Masalahnya, mengapa makhluk hidup suka tolong-menolong ? Menurut Teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya sendiri. Karena membantu makhluk lain akan secara relatif mengurangi peluang kelangsungan hidupnya tersebut, perilaku ini mestinya dilenyapkan oleh evolusi pada jangka panjang. Namun, telah terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban.
Cara klasik untuk menjelaskan fakta pengorbanan ini adalah bahwa koloni yang terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi kepentingan kelompok atau genus akan lebih sukses dalam evolusi daripada koloni yang terbentuk dari individu-individu yang egois. Namun, teori ini tidak menjelaskan bagaimana masyarakat yang mau berkorban ini dapat mempertahankan ciri tersebut. Suatu individu egois yang mungkin muncul dalam masyarakat itu mestinya akan meneruskan ciri egoisnya kepada generasi berikut, karena dia tak akan mengorbankan dirinya. Hal samar lainnya adalah bahwa jika evolusi terjadi pada tingkat masyarakat, sebesar apa semestinya masyarakat itu? Apakah masyarakat itu berupa keluarga, kelompok, genus, atau kelas ? Bahkan jika evolusi terjadi bersamaan pada lebih dari satu tingkat, apa yang akan terjadi jika kepentingan antartingkat ini bertentangan ?

Seperti yang kita lihat, mustahil menjelaskan rasa pengorbanan pada makhluk hidup dan sistem sosial yang berdasarkan padanya dengan teori evolusi, yakni dengan berasumsi bahwa makhluk hidup telah muncul akibat kebetulan.
Mungkinkah Semut Menjadi Penjaga Pintu ?
Saat menganalisis detail sistem dalam koloni semut, kita merasakan kekuatan kehendak tak tampak itu – yang menetapkan dan mengatur sistem ini – secara lebih konkret. Marilah kita lihat detail-detail ini.
Sarang semut dihubungkan dengan dunia luar melalui lubang kecil yang hanya seukuran seekor semut. Melewati lubang ini perlu “izin” dan dalam koloni ada sejumlah kecil semut yang “bertugas sebagai penjaga pintu”.
“Penjaga pintu” bertugas menjadi sumbat-hidup dengan bentuk kepalanya yang pas dengan lubang masuk. Lebih lanjut, warna dan desain kepalanya sama dengan warna kulit pohon di lingkungan sekitar. Penjaga pintu duduk berjam-jam di lubang masuk dan hanya mem-perbolehkan masuk semut-semut koloninya sendiri.
Ini berarti gagasan memiliki penjaga pintu untuk menjaga bangunan telah dipraktikkan oleh
semut penjaga pintu, sebelum manusia. Semut ini menutupi lubang masuk dengan bagian tubuhnya yang terkuat, menya-markan dirinya, dan melarang masuk semut yang tidak mengucapkan “kata kunci” yang benar.
Kenyataan bahwa semut penjaga memiliki kepala yang pas dengan lubang, dengan warna dan pola yang sesuai dengan lingkungan, dan ia menolak masuk siapa pun yang tidak ia kenal, jelas tidak mungkin dilakukannya atas kemauan sendiri. Jelas ada “tokoh intelektual” yang mendesain tubuh semut dalam bentuk ini dan mengilhamkan tugas yang dilakukan semut tersebut. Mengatakan bahwa semut dapat memikirkan sendiri tugas ini dan bekerja sebagai penjaga pintu tanpa kehilangan kesabaran dan tanpa menyerah, jelas bukan penjelasan yang masuk akal.
Mari kita pikirkan: Mengapa seekor semut mau menjadi penjaga pintu ? Jika boleh memilih, untuk apa ia mengambil tugas yang paling merepotkan dan memerlukan pengorbanan terbesar itu? Jika boleh memilih, tentu ia akan mengambil pekerjaan yang akan memberinya lingkungan ternyaman dan pelayanan terbaik. Sebenarnya, pilihan ini terjadi dengan ketetapan Allah. Dan semut penjaga pintu melak-sanakan tugasnya dengan penuh ketaatan. Hanya sang pencip-ta semut yang mungkin telah mendesain kehidupan koloni yang demikian sempurna, untuk menunjukkan sisi seni-Nya yang menakjubkan dan telah memberi tugas-tugas khusus kepada koloni semut yang hidup dengan sistem ini.

Menurut teori evolusi, semut mestinya berkembang dalam setiap segi dan me-reka mestinya mencoba memasuki kasta yang memberi mereka hidup yang lebih nyaman. Akan tetapi, semut penjaga pintu tidak berupaya ke arah ini, sebaliknya melaksanakan tugas yang diilhamkan itu tanpa salah sepanjang seluruh hidup mereka.
Semut Ahli
Organisasi, spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, dan komuni-kasi dalam dunia semut hampir sama canggihnya dengan yang dimiliki manusia. Sedemikian canggihnya sistem itu, sehingga manusia kini memola sistem mereka menuruti sistem harmonis tersebut. Hal ini diuraikan dalam kutipan berikut:
Ahli komputer masa kini mencoba mereproduksi bentuk-bentuk perilaku kolektif semut pada robot di laboratorium. Alih-alih berfokus pada program yang sangat maju, mereka malah berkonsentrasi pada robot-robot yang bekerja sama berdasarkan unsur-unsur informasi “
sederhana”. Prinsip dasarnya sama. Alih-alih membuat sebuah robot yang sangat canggih, mereka malah mengembangkan sekelompok robot yang tidak begitu “cerdas”, tetapi menjalankan tugas yang sangat “rumit” seperti yang dilakukan semut dalam koloninya.… Robot-robot ini tidak canggih dalam hal “kecerdasan” jika dinilai satu per satu, tetapi mereka akan mencapai pembagian kerja melalui motivasi tindakan kolektif. Ini mungkin karena mereka memiliki kemampuan untuk bertukar informasi sederhana. Hidup dan kerja sama dalam koloni semut juga telah mempengaruhi NASA…. Organisasi ini berencana mengirimkan banyak “robot semut” untuk penelitian di planet Mars alih-alih satu robot canggih. Jadi, sekalipun sebagian robot ini rusak, anggota regu yang tersisa akan mampu merampungkan tugas mereka.
...Sekarang mari kita lihat contoh yang menarik dari dunia “semut ahli”.
Bagaimana Hidup Berkelompok Mempengaruhi Semut ?
Contoh kerja sama antara semut yang paling jelas adalah dalam perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus. Individu-individu spesies ini memiliki afiliasi yang menarik. Kegiatan kelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Namun, jika ada benda, seperti gelas atau batu, di antara mereka yang mencegah mereka saling melihat, kecepatan kerja mereka melambat.
Semut adalah makhluk yang dapat hidup hanya dengan berkelompok. Mereka tak dapat bertahan hidup sendirian.
Contoh lain adalah ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota lain koloninya dengan menusuk penghalang ini.
Terjadi banyak variasi pada perilaku semut ketika jumlah individu dalam kelompok berubah. Ketika jumlah semut dalam sarang meningkat, teramati bahwa kegiatan setiap individu secara proporsional juga meningkat. Begitu semut pekerja berkelompok, mereka berkumpul, menjadi tenang, dan menghabiskan lebih sedikit energi. Telah ditemukan bahwa dalam sebagian spesies semut, begitu populasi meningkat, jumlah oksigen yang digunakan menurun.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa semut tak dapat bertahan hidup sendirian. Makhluk kecil ini telah diciptakan dengan ciri-ciri yang memungkinkan mereka hidup hanya dalam kelompok atau malahan hanya dalam koloni. Dan ini membuktikan betapa klaim-klaim evolusio-nis mengenai proses bersosialisasi semut bertentangan dengan realitas. Sungguh mustahil semut-semut tersebut hidup sendirian ketika pertama kali diciptakan, lalu bersosialisasi dan membentuk koloni. Seekor semut yang menghadapi lingkungan seperti itu mustahil bisa bertahan hidup. Ia harus berkembang biak, membangun sarang untuk dirinya dan larvanya,
mencari makan untuk diri dan keluarganya, menjadi penjaga pintu, menjadi prajurit, dan juga pekerja yang merawat larvanya…. Kita tak bisa mengklaim bahwa di zaman dulu semua pekerjaan yang memerlukan pembagian tugas yang ekstensif ini dapat dilaksanakan oleh seekor semut saja atau bahkan oleh beberapa ekor semut. Selanjutnya, mustahil dibayangkan bahwa mereka berupaya menuju sosialisasi sembari melaksanakan berbagai tugas sehari-hari ini.
Kesimpulan dari semua ini: Semut adalah makhluk yang hidup dalam sistem sosial dan berkelompok sejak hari mereka pertama diciptakan. Semua ini juga membuktikan bahwa semut muncul pada satu saat dengan segala ciri-ciri lengkapnya. Dengan kata lain, mereka telah “diciptakan”.
Markas Ideal
Mari kita luaskan sedikit contoh pasukan yang disampaikan sebelum-nya. Bayangkan Anda tiba di markas tentara yang luar biasa besar, tetapi sangat teratur. Tampaknya Anda tidak dapat masuk karena petugas ke-amanan di gerbang tidak mengizinkan masuk orang yang tidak dikenal. Bangunan tersebut dilindungi oleh sistem keamanan yang diawasi ketat.
Sekarang, misalkan saja Anda berhasil masuk. Di dalam, berbagai kegiatan sistematis dan dinamis akan memesona Anda, karena ribuan prajurit sedang melaksanakan tugas mereka dengan teramat tertib. Saat Anda meyelidiki rahasia keteraturan ini, tampak bahwa bangunan itu telah dirancang dalam bentuk yang sepenuhnya cocok bagi penghuninya untuk bekerja. Ada departemen khusus untuk setiap tugas dan semuanya dirancang supaya prajurit dapat bekerja
semudah mungkin. Misalnya, bangunan ini memiliki lantai-lantai di bawah tanah, tetapi lokasi de-partemen yang memerlukan energi matahari memperoleh sinar matahari dengan sudut sebesar mungkin. Departemen-departemen yang harus senantiasa saling berhubungan dibangun sangat berdekatan sehingga memudahkan akses. Gudang-gudang penyimpan kelebihan bahan juga dirancang sebagai departemen terpisah di satu sisi bangunan. Lokasi gudang-gudang penyimpanan itu nyaman serta mudah diakses. Dan tepat di tengah bangunan terdapat ruang luas di mana semua orang dapat berkumpul.
Keunikan markas tersebut bukan hanya itu. Meski luas, bangunan ini dipanaskan secara seragam. Suhu tetap konstan sepanjang hari berkat sistem pemanas sentral yang sangat canggih. Penyebab lainnya adalah sekat luar yang sangat efektif melawan segala kondisi cuaca.
Jika ditanya bagaimana dan oleh siapa markas semacam ini di-rancang, semua orang akan menjawab bahwa markas ini dirancang dengan teknologi tinggi oleh kerja tim profesional. Bangunan markas seperti ini hanya bisa dibangun oleh mereka yang memiliki tingkat
pendidikan, budaya, kecerdasan, dan logika tertentu.
Namun, bangunan markas ini sebenarnya adalah sebuah sarang semut. (lihat halaman sebelah) Menghimpun informasi yang diperlukan untuk membangun markas semacam ini memakan sebagian besar usia manusia. Namun, seekor semut yang baru menetas dari telur sudah tahu tugasnya saat itu juga dan mulai bekerja tanpa membuang waktu. Ini menunjukkan bahwa semut memiliki informasi tersebut sebelum ia lahir. Semua informasi tersebut diilhamkan dalam diri semut pada saat penciptaannya oleh Allah Yang Mahakuasa yang menciptakan mereka
Selengkapnya...

Lelucon si Ustad Gaul

Bismillah

Sebuah Realita.
Ustadz yang satu ini boleh diakui banyak penggemarnya. Ya iya lah secara brondong gitu nek . Punya sens humor yang tinggi, Fisik sebelas dua belas lah sama ustad kondang Ahmad Al-Habsy (janggutnya doank stad ) ..abis sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas..seterusnya ..jauuh banget doonk?!, hehe..kalo udah si ustad ini tatakallam (berbicara), BEUUH !!..semua mata tersihir padanya (tatap mata oojaan), lho ?!, salah ya?!..termasuk mata mata oknum yang ..eghm ..prikitiuuw ..rada jelalatan . Kalo kata mereka yang aku temui ..

”matanya chaa ..jaim banget si ustad kalo sama akhwat ..”,
"nge lucon mulu si ustad"

weq ! ohok ohok !, egghhm ..GUUUBBRAAAAKK GRASUK ! ya iyalah masa mau main mata ..astaghfirullooh …ckkck ..alhamdulillah, si ustad ini masih menjaga izzah nya ..
Apalagi nih, beliau bergelar “AL-HAFIDZ”, subhanallah …wedeeeww ..para akhwat masuk garda terdepan deh untuk masuk ke benteng hati beliau . Hayo ..hayoo ..kucek kucek dulu matanya ..hihih ..Dan lagi Gak hanya itu, jarang jarang ye ustadz punya account jejaring social. Yups, si ustad ini punya facebook !, gak hanya punya terus di biarin menjamur,..gak mau kalah sama ABG(Anak Baru Gaol) yang lain, status beliau di fb sangat up to date kawan2 !!!, Yang comment bejiibuun ..coba kita telusuri baik2 siapa saja yang comment ?? coba coba coba …hmm …Ternyata ..ternyataaaa ……ternyata aku makin cinta …(e eh piye malah nyanyi)..hehe
Ternyata ..PARA AKHWAT yang menduduki peringkat pertama. !!!, ow ow ow ..(awas ustad ..klepek klepek)..ihiiy …piss stad v^^
Sampe ada katanya yg nyaranin statusnya si ustad bawa aja ke penerbit ..uuhuuy …perfect sudah kalo si ustad ini dijuluki “USTAD GAUL” yo yo ..mamen !!

Disini aku mau mengerucutkan ke beberapa status2nya si ustad dan beberapa comment beliau di facebook..(hanya mengambil yang kocaknya saja)

==========================================================
-Siang td mti lmpu,, skrg mati lg.. Memang, ga ada pemadaman brgilir,, tp yg ada Nyala brgilir..
(Bukn back to nature,, tp back to jadul..)


-Lagu yg tepat bwtku sore ini bukan "Sepanjang Jalan Kenangn" tp "Sepanjang Jalan Kehujanan...
(dptkn sj kaset/cdnya di apotek trdekat..)


-Ganti Ban (motor) Belakang.. Rupanya, penyebab ban belakang lbh cpt botak/gundul dibanding dg
ban depan adalh krn ban belkang slalu berfikir trus mnerus bgaimana caranya bs mengejar ban depan...


-Perpus. Iman Jama'. Ku lihat ibu2 smangat mncari buku2 referensi utk bikin makalh.. Ada yg bulak balik mngelilingi rak buku, tp bku yg dia inginkn blm ktmu jg. Rupanya dia salah ngerti.. Yg dia cari mestinya bku HUKUM MAWARIS (warisan), eh..dia carinya HUKUM MARAWIS.. Koplak...
(bgmnpun salut tuk smngtny )


-INDONESIA vs URUGUAY Krn brhalngn nnton lgsung d Senayan, pak Beye mengutus jubir ny utk nnton skligus mlaporkan jlnnya pertndingn. Beye: brp skor prtandingan? Jubir: Indonesia kalah 3-0, pak.. Beye: baguslah, sy bangga dg Timnas kt, klah 3-0 itu tdk mmalukan krna tdk kalah telak.. Jubir: tapi maaf pak,,, ini pertandingn bru berjalan 5 Menit.... ~Koplaak..


-Saatny kmbali mnyatukan 2 rasa yg berbeda.. Kopi ada, gula oke, tp air panas blm siap.. Pye yo??? Yo wislah.., kopi sm gula d telan dl, air panasny mnyusul,, biar nnti d aduk sndiri dlm perut...


-Seseorang ingin membeli orange juice di suatu tempat :
“bang, ada orange juice gak?”,
Sang penjual menjawab , “ Gak ada pak, adanya jus jeruk”
Si pembeli kembali berkata, “ ya udah deh bang, gak jadi”


-Mklumlh,, Matahari d jkrt dah g panas lg.."mthri dept.store”..


Segitu dulu ya ..boleh lah tulisan2 si ustad barusan di bukukan di majalah “humor gaya ustad”..hehehhehee …..NGAYAL MODE:ON
Afwan , jika ada kata2 saya yang tidak berkenan, yang salah tolong dibenarkan, yang benar????, (clingak clinguk atas bawah, kanan kiri), ternyataa .. TIDAK ADAA !!, hahaha ..
Haduuh ..sebenernya saya ini menulis apa sih ??, seenak jari wae ..karena kepala saya lagi pusyiiing tingkat kayangan ..jadi lah tulisan ini ..@_@ STREEEESSSSS !!!!
Afwan kalo agak lebaaay , agak semeriiwiing …seriusan deh, kepala saya lagi pusing banget plus ditambah badan rontok ..huhuh T.T , teganya teganya ..Y.Y yang buka panti gratis siapa ???
Untuk Ustad yang merasa statusnya saya muat di notes, afwan jiddan ustad ..jangan scor saya dari ….(sensor), Hihi ..
Untuk para akhwat yang rada deg deg serr, afwan juga yaa ..ssuuutt bukan bermaksud konspirasi ..:P

SAYA TEGASKAN NOTES SAYA HANYA UNTUK REFRESHING SEJENAK,
IBTASIM ..KEEP SMILE ..TETAP TERSENYUM ^_______________^
JANGAN ADA DENDAM DIANTARA KITA ..^^
Oke coy ????,
b^^d

Oleh : Annisa Rahmah (Mahasiswi Ma'had Al-Husnayain - Bhs. Arab)
Selengkapnya...

KESEIMBANGAN MATEMATIKA DALAM AL- QUR’AN

Orang yang berilmu ditinggikan derajatnya di hadapan Allah,…
Allah SWT menyuruh manusia untuk berfikir, salah satunya adalah dengan menggunakan penyebutan angka dalam Al-Quran,…..

Penyebutan angka atau bilangan dalam Alquran, tujuannya agar menjadi ujian bagi orang kafir dan bertambahnya keimanan bagi orang yang beriman.
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali Imran: 190).
”Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?‘ Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (QS Muddatstsir: 31).

Ayat-ayat di atas merupakan beberapa contoh yang disebutkan Allah dalam Alquran mengenai keberadaan angka-angka (bilangan). Tujuannya agar manusia itu menggunakan akalnya untuk berpikir dan meyakini apa yang telah diturunkan, yakni Alquran. Allah menciptakan alam semesta ini dengan perhitungan yang matang dan teliti. Ketelitian Allah itu pasti benar. Dan, Dia tidak menciptakan alam ini dengan main-main. Semuanya dibuat secara terencana dan perhitungan.
Abah Salma Alif Sampayya, penulis buku Keseimbangan Matematika dalam Alquran , menyatakan, bilangan adalah roh dari matematika dan matematika merupakan bahasa murni ilmu pengetahuan ( lingua pura ). Setiap bilangan memiliki nilai yang disebut dengan angka. Peranan matematika dalam kehidupan pernah dilontarkan oleh seorang filsuf, ahli matematika, dan pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras (569-500 SM), 10 abad sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Phitagoras mengatakan, angka-angka mengatur segalanya.

Abah Salma Alif Sampayya, penulis buku Keseimbangan Matematika dalam Alquran , menyatakan, bilangan adalah roh dari matematika dan matematika merupakan bahasa murni ilmu pengetahuan ( lingua pura ). Setiap bilangan memiliki nilai yang disebut dengan angka. Peranan matematika dalam kehidupan pernah dilontarkan oleh seorang filsuf, ahli matematika, dan pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras (569-500 SM), 10 abad sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Phitagoras mengatakan, angka-angka mengatur segalanya.
Dalam Alquran disebutkan sejumlah angka-angka. Di antaranya, angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 19, 20, 30, 40, 80, 100, 200, 1000, 2000, 10 ribu, hingga 100 ribu. Penyebutan angka-angka ini, bukan asal disebutkan, tetapi memiliki makna yang sangat dalam, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Misalnya, ketika ada yang bertanya mengenai jumlah penjaga neraka Saqar, dalam surah al-Muddatstsir ayat 31 disebutkan sebanyak 19 orang. Allah menciptakan langit dan bumi selama enam masa. Tuhan adalah satu (Esa), bumi dan langit diciptakan sebanyak tujuh lapis, dan lain sebagainya.
Penyebutan angka-angka ini, menunjukkan perhatian Alquran terhadap bidang ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Yang sangat menakjubkan, beberapa angka-angka yang disebutkan itu memiliki keterkaitan antara yang satu dan lainnya. Bahkan, di antaranya tak terpisahkan. Begitu juga, ketika banyak ulama dan ahli tafsir berdebat mengenai jumlah ayat yang ada didalam Alquran. Sebagian di antaranya menyebutkan sebanyak 6.666 ayat, 6.234 ayat, 6.000 ayat, dan lain sebagainya. Perbedaan ini disebabkan adanya metode dalam perumusan menentukan sebuah ayat.
Bismillahirrahmanirrahim yang diletakkan sebagai kalimat pembuka dari keseluruhan ayat dan surah di dalam Alquran, memiliki susunan angka yang sangat menakjubkan. Kalimat basmalah itu bila dihitung hurufnya mulai dari ba hingga mim, berjumlah 19 huruf. Angka 19 ini, ternyata menjadi ‘kunci utama’ dalam bilangan jumlah surah, jumlah ayat, dan lainnya di dalam Alquran.


Begitu juga dengan angka tujuh, bukanlah sekadar menyebutkan angkanya, tetapi memiliki perhitungan dan komposisi yang sangat tepat. Misalnya, jumlah ayat dalam surah Al-Fatihah sebanyak tujuh ayat dan jumlah surah-surah terpanjang dalam Alquran (lebih dari 100 ayat) berjumlah tujuh surah.
Penyebutan angka-angka itu bukanlah secara kebetulan atau asal bunyi (asbun). Semuanya sudah ditetapkan oleh Allah dengan komposisi yang jelas dan akurat. Tidak ada kesalahan sedikit pun. ”Kitab (Alquran) ini tak ada keraguan di dalamnya dan ia menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 2).
Karena itulah, Stephen Hawking, seorang ilmuwan dan ahli matematika terkenal, yang pada awalnya tidak membutuhkan hipotesis Tuhan dalam mempelajari alam semesta, meyakini adanya unsur matematika yang mengagumkan yang melekat di dalam struktur kosmos (alam semesta). Hawking mengatakan, ”Tuhanlah yang berbicara dengan bahasa itu.”
Hal yang sama juga diungkapkan Albert Einstein, fisikawan terkenal dan penemu bom atom. ”Tuhan tidak sedang bermain dadu,” ungkap Einstein. Semua berdasarkan perhitungan, ukuran, dan perencanaan yang matang, bahkan ketika dentuman besar ( big bang ) pertama, di mana Allah dengan kata Kun Fayakun -nya, menciptakan alam semesta dalam hitungan t=0 hingga detik 10 pangkat minus 43 detik.
Stephen Hawking mengatakan, ”Seandainya pada saat dentuman besar terjadi kurang atau lebih cepat seperjuta-juta detik saja, alam semesta tidak akan seperti (sekarang) ini.”Itulah rahasia Allah. Semua yang disebutkan-Nya di dalam Alquran, menjadi tanda dan petunjuk bagi umat manusia, agar mereka beriman dan meyakini kebenaran pada kitab yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Wa Allahu A’lam.
Selengkapnya...

ABDULLAH BIN ABBAS

Lisannya bertanya, Qalbunya mencerna

Di antara sahabat-sahabat RasuluLlah SAW, terdapat beberapa sahabat kecil yang ketika melafadzkan syahadat mereka berusia sangat muda, atau ketika mereka dilahirkan, ayah bunda mereka telah muslim. Perhatian Rasulullah SAW kepada para sahabat cilik ini, tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang lainnya. Bahkan beliau sangat memperhatikan mereka dan meluangkan waktu untuk bermain, bicara dan menasehati mereka.

AbduLlah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah satu kelompok sahabat junior ini. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Semenjak kecilnya, beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan ke¬ sungguhannya terhadap suatu masalah. RasuluLlah mengetahui poten¬ si besar yang ada pada anak muda ini, seperti halnya beliau melihat potensi yang sama pada Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya.


RasuluLlah SAW sering terlihat berdua bersama si kecil AbduL¬ lah bin Abbas. Suatu ketika, misalnya, RasuluLlah SAW mengajak Ibnu Abbas RA berjalan-jalan seraya menyampaikan tarbiyahnya kepada pemuda cilik ini:

"Ya ghulam, maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna?

Jagalah ALlah SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan menda¬ patkanNya selalu menjagamu. Jagalah ALlah SWT (larangan-laran¬ ganNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu dekat di hadapan¬ mu. Kenalilah ALlah dalam sukamu, maka ALlah akan mengenalimu dalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah kepada ALlah. Jika engkau memerlukan pertolongan, mohonkanlah kepada ALlah. Semua hal (yang terjadi denganmu) telah selesai ditulis. Ketahuilah, seandainya semua makhluk bersepakat untuk membantumu dengan apa yang tidak ditaqdirkan ALlah untukmu, mereka tidak akan mampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk mengha¬ langi engkau mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, mereka juga tidak akan dapat melakukannya. Semua aktifitasmu kerjakan¬ lah dengan keyakinan dan keikhlasan. Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwa kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesan itu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba setelah kesulitan.
[Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi]



Demikianlah rangkaian prinsip aqidah, ilmu dan 'amal yang manakah hasil tarbiyah RasuluLlah itu? AbduLlah bin Abbas tumbuh menjadi seorang muslim yang penuh inisiatif, haus ilmu, dekat dengan Allah dan Rasul-Nya.

Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara RasuluLlah shalat. Untuk itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya: ummahatul mu'minin, Maimunah bint al-Harist. Ketika itu ia melihat RasuluLlah bangun tengah malam dan pergi berwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk berwudhu, dengan demikian ia dapat melihat sendiri bagaimana RasuluLlah berwudhu. RasuluLlah - sang murobbi agung itu - tidak menyepele¬ kan hal ini, beliau mengelus dengan lembut kepala Ibnu Abbas, seraya mendo'akan: "Ya ALlah, faqih-kanlah ia dalam perkara agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir Kitab-Mu."

Kemudian RasuluLlah berdiri untuk sholat lail yang dimakmumi oleh isteri beliau, Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, dia segera berdiri di belakang RasuluLlah SAW; tetapi RasuluLlah kemudian menariknya agar ia berdiri sedikit berjajar dengannya. Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan RasuluLlah, tetapi kemudian ia mundur lagi ke shaf belakang. Seusai sholat, RasuluLlah memper¬ tanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab oleh Ibnu Abbas bahwa rasanya tak pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang Utusan ALlah SWT. RasuluLlah ternyata tidak memarahinya, bahkan beliau mengulangi do'anya ketika berwudhu tadi.

Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, RasuluLlah wafat. Beliau sangat merasa kehilangan. Tapi hal ini tidak menjadikannya berse¬ dih atau lemah. Dengan segera ia mengajak teman sebayanya untuk bertanya dan belajar pada sahabat-sahabat senior mengenai apa saja yang berkenaan dengan RasuluLlah dan ajaran al-Islam. Logika Ibnu Abbas, saat itu mengatakan bahwa para sahabat masih berada di Madinah, inilah kesempatan terbaik untuk menimba ilmu dan informasi dari mereka, sebelum mereka berpencaran ke kota-kota lain atau sebelum mereka wafat. Namun sayang, ajakan ini tidak ditanggapi oleh rekan-rekan sebayanya, karena mereka rata-rata beranggapan bahwa para sahabat senior tidak akan memperhatikan pertanyaan anak-anak kecil macam mereka.

Ibnu Abbas tak patah arang. Beliau sendiri mendatangi para sahabat yang diperkirakan mengetahui apa saja yang ingin ia tanyakan. Dengan sabar, beliau menunggu para sahabat pulang dari kerja keseharian atau da'wahnya. Bahkan kalau sahabat tadi kebet¬ ulan sedang berisitirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti di depan pintu rumahnya, hingga tertidur, tergolek beralaskan pakai¬ annya. Tentu saja para sahabat terkejut menemui Ibnu Abbas terti¬ dur di muka rumahnya, "Oh keponakan RasuluLlah, ada apa gerangan? Kenapa tidak kami saja yang datang menemuimu, bila engkau ada keperluan?" "Tidak,"kata Ibnu Abbas, "sayalah yang harus datang menemui anda."

Demikianlah masa kecil Ibnu Abbas. Bagaimana dengan masa dewasanya? Beliau katakan sebagai seorang muda yang berwawasan dewasa, yang lisannya selalu bertanya dan qalbunya selalu mencerna. Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syuro'nya dengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu berkata kepada Ibnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat. Inilah bentuk tarbiyah lain yang diperoleh oleh Ibnu Abbas, dengan selalu berada dalam kalangan sahabat senior.

Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, beliau berga¬ bung dengan pasukan muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara, di bawah pimpinan AbduLlah bin Abi-Sarh. Beliau terlibat dalam pertempuran dan juga dalam da'wah di sana. Di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untuk menemui dan berda'wah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dan diskusinya yang intens, sekitar 12.000 dari 16.000 khawarij bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar.

AbduLlah bin Abbas, yang muda yang ulama, wafat dalam usia 71 tahun pada tahun 68H. Sahabat Abu Hurairah RA, berkata "Hari ini telah wafat Ulama Ummat. Semoga ALlah SWT berkenan memberikan pengganti AbduLlah bin Abbas."
Selengkapnya...

Al-Qur'an Online

Selengkapnya...

Upload Info dan Artikel
















Pengirim *




Info Kegiatan Ma'had Al-Husnayain










Powered byEMF Best Form Builder
Report Abuse Selengkapnya...

Dokumentasi Kajian Ramdhan 2009 - Bedah Surat Yaasin

Ini adalah foto kajian ramadhan pada tahun 2009. Dengan tema kajian Bedah Surat Yaasin. Dan bagi teman-teman yang ingin mengupload foto-fot ma'had bisa menguploadnya di menu GALLERY















photo 01photo 02photo 03


Selengkapnya...

Gallery BEMMA

Form ini hanya dikhususkan untuk lingkup Ma'had Al-Husnayain saja. Bagi teman-teman atau para ustadz yang ingin mengupload foto-foto kegiatan yang ada di Ma'had, bisa menggunakan form di bawah ini.



Pengirim*
Upload Foto


Foto yang sudah di upload :
Kajian Ramadhan - Bedah Surat Yaasin Selengkapnya...

Ibu Perkasa Pencari Nafkah

Oleh Indah Prihanande


Saya trenyuh melihatnya menggendong barang dagangan sedemikian banyak. Bakul, tampah, kipas, aseupan semua barang terikat selembar kain panjang lusuh. Berjejalan membebani punggung. Perniagaannya dimulai selepas subuh. Perjalanan yang kerap menaiki mobil bak terbuka yang ringkih, namun acapkali juga ditempuh dengan meretas jalan menurun dan mendaki selama dua jam untuk tiba di tempat tujuan. Transaksi dicari dengan cara berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu desa melewati desa berikutnya. Tawar menawar yang ketat dari pembeli hanya menghasilkan laba dua ribu rupiah per-item barang. Tak jarang malah hanya dijual modal saja, daripada dibawa pulang kembali akan sangat berat dan repot ujarnya.

Selepas dzuhur, dia akan kembali ke rumah. Menjalani tugas berikutnya Sebagai seorang ibu dari tujuh orang anak. Suaminya sendiri bekerja sebagai penjaga kebun dan bercocok tanam pada ladang seadanya.

Kedatangannya di rumah saya rutin pada pukul 11 siang. Tanpa bosan dia menjajakan barang dagangannya. Ada beberapa yang kami beli. Namun sayangnya, kami tidak membutuhkan untuk membeli barang tersebut setiap hari. Akan tetapi kami kadang mengharapkan kedatangannya. Paling tidak dia bisa mengaso di rumah kami. Merasakan semilir angin untuk mendinginkan badan yang tersengat terik.

Segelas teh manis dan dan sedikit kue (jika ada) menemaninya melepas lelah. Kemudian, ibu saya akan menghidangkan sepiring nasi dengan lauk yang kami punya hari itu. Kami semua memintanya untuk tidak sungkan datang. Mudah-mudahan kami bisa menyuguhkan jamuan itu setiap kali dia ada. Kasihan jika laba yang tak seberapa harus berkurang lagi untuk biaya makan.

Setelah beberapa minggu tidak muncul dikarenakan sakit, kali ini beliau datang seperti biasanya. Untunglah nasi dan lauk sudah matang. Segelas minum dan sepiring nasi hangat usai dinikmatinya. Sebelum beranjak pergi dia memaksa kami untuk menerima bakul dagangannya sebagai tanda terima kasih. Saya menolak dengan halus, sungguh kami belum membutuhkan itu.

"Kalau begitu tampah saja ya, ambil Neng," beliau masih memaksa "Nggak usah Bu, terima kasih. Nanti kalau kami butuhkan, saya akan bilang ke Ibu. Jangan sungkan-sungkan, ibu mampir ya kalau sedang lewat ke sini."

Dengan rasa segan yang tertahan dia kembali melanjutkan perjalanannya. Tumpukan barang yang menggunung di pungung mengharuskan dia untuk berkeliling lebih jauh.

Saya hanya hendak bercermin dan memaksa hati agar bisa belajar dari setiap peran yang dijalani seorang wanita dari berbagai peran. Yaitu sosok wanita yang menjalani profesi sebagai ibu sekaligus pengemban tanggung jawab strategis sebagai pencari nafkah.

Ibu itu sungguh perkasa. Berkeliling dalam segala cuaca. Ruang kerjanya adalah alam bebas yang tidak bisa disetel berapa derajat suhu yang diinginkannya. Perjalanan berkilo-kilo itu ditempuh tanpa tahu pasti berapa banyak nilai rupiah yang akan dibawa pulang.

Kini, bandingkan dengan kita yang bekerja di dalam ruangan berpendingin. Kulit kita jarang tersentuh sengatan matahari. Kita tidak harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapat gaji yang sudah pasti nilainya. Walaupun besaran penghasilan kita tidak sama, sebagian besar dari kita masih mendapatkan tunjangan makan, tunjangan pengobatan dan kenikmatan lain yang nyaris tidak dimiliki oleh para pedagang kecil yang berkeliling itu.

Mungkin benar, tidaklah adil jika saya membandinglan dengan sosok ibu tersebut. Latar pendidikan kita berbeda, tingkat keterampilannya pun berbeda. Namun, jika selama ini gelisah dan rasa kurang sering menyergap, ke manakah perginya rasa syukur ini?

Nenda_2001@yahoo.com, untuk ibu-ibu pekerja, terima kasih atas sodaqohnya bagi keluarga.
Selengkapnya...

Hati Ibarat Cermin

Oleh Meyla Farid

Bandingkan dua buah cermin. Dibuat pada waktu yang sama, ditempatkan di tempat yang sama, bahkan menerima pencahayaan dan suhu udara yang sama. Yang membedakan hanyalah dua orang manusia yang memilikinya. Yang pertama, malas sekali membersihkannya. Setiap ada setitik debu menempel di cermin, dia biarkan. Bahkan cipratan tinta yang mengenai cermin pun dia enggan membersihkannya. Dia sama sekali tidak pernah mau sekedar menghapus, atau menggesek cermin kesayangannya itu dengan lap bersih atau air bersih. Segala noda dia biarkan menempel di cermin.

Awalnya cipratan tinta itu mungkin hanya setitik, dua titik, lalu tiga titik, hingga selanjutnya mengendap menjadi gumpalan tinta yang sudah mengering di permukaan cermin. Sampai-sampai, si pemiliknya sendiri tidak bisa bercermin pada cerminnya sendiri. Dia tidak bisa melihat apakah dirinya baik, atau jelek, saat berdiri di depan cermin. Lama-lama, cipratan-cipratan tinta itu pun menjadi karat. Dan cermin sudah tidak berfungsi baik lagi. Bahkan, kadang-kadang, karena telah ternodai oleh gumpakan tinta yang mengarat, cermin memantulkan kebaikan menjadi kejelekan, atau kejelekan menjadi kebaikan. Karena sudah mengarat, cermin pun susah untuk dibersihkan...

Yang kedua, merawat cerminnya dengan baik. Setiap ada setitik cipratan tinta, meskipun sedikit, dia langsung membersihkannya. Menggosoknyanya dengan lap dan air yang bersih. Sehingga cermin setiap harinya selalu jernih, mampu memberinya pengetahuan tentang sebaik/seburuk apa dirinya jika berdiri di depan cermin tersebut. Sehingga cermin bisa membuatnya selalu mengoreksi setiap kesalahan dalam penampilannya.

Rajin-rajinlah membersihkan hati kita... Karena jika tidak, niscaya dosa-dosa itu semakin lama akan semakin menumpuk dan menutupi cahayanya. Yang lebih menakutkan, noda-noda dosa itu bisa membolak balikkan fakta. Yang benar jadi batil, yang batil jadi benar. Naudzubillah...

Setiap hari.. carilah pengampunanNya. Istighfar.bukan hanya di mulut saja. Namun penyesalan terdalam akan semua kehilapan yang kita lakukan. Setiap dosa adalah bahaya. Meski sepatah kata atau sekelebat lirikan mata, itu awal dari noda yang bisa menjadi karat jika tidak cepat-cepat dibersihkan. Ada pepatah, "Menyesali sebelum melakukan, adalah keberuntungan dan menyesal setelah kejadian, adalah ketidak bergunaan"

Intropeksi diri.beristighfar setiap waktu adalah lebih baik daripada terlanjur melakukan kekhilafan. Allah memang Maha penerima taubat, tapi urusan kita adalah untuk selalu menjaga diri dari dosa.

Wallahu a'lam.
Selengkapnya...

Syukurilah ...

eramuslim - Seorang pemuda tengah duduk termenung meratapi nasibnya, sejak dilahirkan hingga dewasa, ia hidup dengan satu kekurangan, yakni tak dapat melihat. Seringkali pemuda itu memaki nasib, marah pada keadaan dan menyangka Tuhan tidak adil terhadap dirinya. Ia merasa sebagai orang paling malang di muka bumi. Baginya, buat apa Tuhan menciptakan semua keindahan di langit dan bumi, bintang-bintang yang bertebaran, dan rembulan nan elok. Matahari pagi hanya bisa dirasainya lewat sentuhan hangat sinarnya, ia bisa mendengar suara kicau burung namun tak pernah tahu rupanya. Ia sering menikmati gemerisik dedaunan berdesakan diterpa angin yang sejuk, namun, wujudnya hanya bisa disentuh, tak pernah ia tahu hijau warna daun itu.

Pantai di dekat rumahnya, tempat anak-anak dan orang dewasa menikmati sore, hanya bisa dibayangkan keindahannya. Ia tahu pantai itu air, itupun dari ombak yang keras menghantam karang dan sesekali menciprati wajahnya atau malu-malu menghampiri dan menyentuh kakinya di pinggir pantai. Apalagi ketika muda-muda di desanya bercerita tentang senja, ya senja, betapa tak terlukiskan merah sang senja yang selalu hadir melengkapi warna kehidupan setiap insan. Tapi dirinya? Sekali lagi ia mengutuk penderitaannya, menangisi takdirnya yang tak pernah tahu warna merah senja, hijau dedaunan, putih melati, dan birunya laut.

Meski keindahan dan keelokan desa itu tidak akan pernah pudar, sayang, semakin sedikit warga yang bisa menikmatinya. Bukan karena tak cinta, atau tak suka dengan semua kenikmatan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada mereka, tapi, warga desa itu semakin lama memang semakin habis karena hidupnya seorang Raja yang gemar memangsa manusia. Setiap akhir bulan, tidak kurang seratus manusia harus menjadi korban kanibalisme sang Raja dan para pengawalnya yang terkenal kejam. Oleh karenanya, tidak heran jika di setiap waktu itu, desa selalu sepi dari lalu lalang warga karena takut tertangkap dan tak pernah kembali.

Namun, tidak bagi pemuda buta itu, baginya, ini kesempatan untuk mengakhiri hidupnya dengan menjadikan dirinya mangsa bagi sang Raja kanibal. Tak seperti warga lainnya yang takut ke pantai atau ke tempat manapun di akhir bulan, ia justru dengan pasrah berjalan kesana-kemari. Akhirnya, 'keinginannya' sampai juga, para pengawal raja kanibal menangkapnya dan menghadapkan pemuda itu di istana. Tapi ternyata, pemuda itu berubah pikiran, entah kenapa ia menjadi takut bukan kepalang, ia masih mau hidup, menangislah ia sejadinya bersahutan dengan puluhan orang lainnya yang juga tertangkap.

Waktunya tiba, sang raja memeriksa calon-calon santapannya satu persatu, hingga pada giliran pemuda itu, sang raja agak terkejut. Matanya buta, pikir raja. Untung bagi pemuda itu, raja tak suka makanan yang cacat. Maka ia memerintahkan pengawalnya untuk melepas pemuda itu, dan tetap menjadikan yang lainnya sebagai mangsa.

***

Saudaraku, Sesungguhnya Allah maha adil. Apapun yang Allah berikan kepada kita saat ini, tentunya Dia yang lebih tahu apa yang kita butuhkan untuk menjalani hidup. Apapun yang tidak kita miliki saat ini, seharusnya kita yakini, bahwa kita belum membutuhkannya sekarang, karena pada akhirnya, kita akan menyadari hikmah dari setiap takdir-Nya.

Dia memberikan kelebihan kepada satu manusia dan kelebihan pada manusia yang lainnya. Demikian juga dengan kekurangan, tak ada satu manusia yang tak memiliki kekurangan pada dirinya. Namun kelebihan manusia yang satu terhadap lainnya, sesunggunya terletak pada bagaimana mensikapi kelebihan dan kekurangan tersebut. Sering kali manusia mengumpat atas kekurangan yang diterimanya, padahal pada saat bersamaan, sejumlah kelebihan ia miliki, namun tak pernah disyukurinya.

Saat ini, cobalah menengok kembali perjalanan kita di dunia. Lahir tanpa memiliki apapun, tak bersepatu dan berpakaian. Kini, satu lemari pakaian kita punya. Kenapa? Waktu itu kita belum membutuhkan sepatu dan pakaian bagus. Dulu kita sangat menikmati berjalan kaki atau berdesakan dalam bus, dan kini setelah memiliki kendaraan pribadi, kemudian berpikir, karena dulu belum merasa perlu untuk memiliki kendaraan sendiri. Kuncinya adalah, bagaimana setiap kita menikmati setiap pemberian yang Allah berikan pada kita saat ini dan mensyukurinya. Jika tidak, tak kan pernah nikmat lainnya menghampiri kita, karena janji-Nya memang demikian. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama)
Selengkapnya...

Form Data Mahasiswa/i Ma'had Al-Husnayain


Nama Lengkap*
Alamat*
Tanggal Lahir*

MM
/
DD
/
YYYY
Jenis Kelamin*
 Ikhwan 
 Akhwat 
No. Telepon*
Email*
Aktivitas*
Status*
 Belum Menikah 
 Menikah 
Jurusan*
 Dirosah Islam 
 Bahasa Arab 
 Tahsin 
Tahun Masuk*
Kritik dan Saran
Foto
Selengkapnya...